Sutradara : Billy Ray
Penulis : H. G. Bissinger
Pemain : Hayden Christensen, Peter Sarsgaard, Chloe Sevigny, Hank Azaria dan Steve Zahn
Sebuah film dari kisah nyata selalu menarik untuk kita
tonton. Pertanyaan besar sebelum menontonya adalah apa yang membuatnya
bagitu istimewa hingga hal tersebut di difilmkan. Begitu pula dengan
film satu ini, yang di adaptasi dari kisah nyata seorang jurnalis di
Amerika Serikat.
Kesan pertama yang saya dapat saat menonton film Shattered Glass
adalah bahwa penonton akan disuguhkan sebuah cerita sukses seorang
jurnalis.
Pada awal film, penonton diperkenalkan dengan seorang jurnalis muda bernama Stephen Randall Glass (Hayden Christensen). Ia menulis untuk beberapa media cetak di Amerika, antara lain Harper’s Magazine, George Magazine, Rolling Stone dan The New Republic.
Pada awal film, penonton diperkenalkan dengan seorang jurnalis muda bernama Stephen Randall Glass (Hayden Christensen). Ia menulis untuk beberapa media cetak di Amerika, antara lain Harper’s Magazine, George Magazine, Rolling Stone dan The New Republic.
Majalah The New Republic merupakan sebuah majalah yang
memiliki pengaruh bagi politik Amerika Serikat yang terbit sejak tahun
1914. Dari 16.400 majalah yang ada di Amerika, majalah ini adalah
satu-satunya majalah resmi yang di baca oleh presiden Amerika di Air Force One. Ada 15 penulis di The New Republic pada saat itu dan Stephen Glass adalah salah satu penulis termuda.
Pengalamannya di berbagai media membuatnya memiliki gaya penututuran
yang khas. Dalam tulisannya ia selalu menggambarkan kejadian dengan
begitu nyata. Selain itu, memiliki hubungan yang baik dengan rekan-rekan
kerjanya, membuat suasana kantor menjadi begitu nyaman tiap kali
Stephen ada. Suasanan rapat di kantor yang tegang dan membosankan selalu
berubah menjadi menyenangkan tiap kali Steph menjelaskan apa yang ia
tulis. Ia menjelaskan dengan begitu nyata semua kejadian yang ia amati
saat liputan, serta kebaikan – kebaikan kecil lainnya yang membuat tidak
seorangpun berpikir untuk menolak tulisannya. Keadaaan yang sangat
menguntungkan bagi Stephen.
April 1998, Stephen menulis artikel berjudul ‘Spring Breakdown’. Di
artikel tersebut ia menceritakan tentang kelakuan anggota Partai
Republik di sela sebuah pertemuan konservasi. Ia menggambarkan kelakuan
buruk yang dilakukan anggota-anggota partai itu yang rata-rata usianya
masih muda.
Dalam film tersebut Michael Kelly digambarkan sebagi seorang editor
yang mengayomi penulis-penulisnya. Demi melindungi para penulisnya
Michael Kelly bertengkar dengan bosnya. Era baru pun di mulia, Michael
di pecat dan digantikan oleh Chuck Lane (Peter Sarsgaard).
Pada masa jabatan Chuck menjadi editor majalah tersebut, Stephen menulis 14 artikel dan tulisan terbesar yang ia tulis adalah Hack Heaven. Sebuah tulisan tentang perundingan antara seorang hacker muda dengan utusan sebuah perusahaan. Anak tersebut bernama Ian Restil. Seorang hacker muda yang meretas database sebuah perusahaan bernama Jukt Micronics.
Kebohongan Stephen mulai terungkap melalui penelusuran fakta yang dilakukan Adam Panenberg (Steve Zahn), editor Forbes Digital terhadap kebenaran artikel Hack Heaven.
Hal tersebut menuntut Chuck untuk bertindak keras kepada Stephen. Dapat
ditebak, karir Stephen Glass pun berakhir. Fakta yang mengejutkan
menyatakan bahwa 27 artikel dari 41 yang ia tulis adalah hasil rekayasa.
Suatu kenyataan yang menyakitkan dimana sebuah majalah besar yang
terpercaya dapat mengalami hal tersebut. Peran media yang sangat
dibutuhkan masyarakat membuat penulis berita melakukan apapun demi
mendapatkan berita dan agar namanya dapat semakin dikenal orang. Seperti
petikan dialog Stephen di akhir film berikut:
You have to know who you’re writing for.
And you have to know what you’re good at..
I find out what moves them, what scares them and I write that down. That way, they’re the ones telling the story.
And you know what?
Those kind of pieces can win Pulitzers too.
Seorang jurnalis dituntut untuk dapat bekerja dengan cepat di bawah
tekanan. Namun ketika seorang jurnalis memberikan sebuah berita bohong
kepada publik, maka itu akan menjadi candu baginya. Ia akan terus
memberikan berita bohong lain untuk menutupi kebohongan-kebohongan
sebelumnya. Sama halnya seperti yang terjadi dalam keseharian kita.
Film ini memberikan pelajaran moral yang sangat berharga. Dimana
seseorang hanya perlu berlaku jujur untuk mendapatkan kesuksesan yang
sebenarnya. Kebahagiaan yang dirangkum dalam sebuah kebohongan akan
menyakitkan saat terungkap. Seperti halnya yang dialami rekan kerja
Stephen Glass yang selama ini mempercayainya, ternyata mereka telah
diracuni dengan sangat perlahan agar dapat mendukung kinerja Stephen
kala itu.
Bagi para jurnalis muda, film ini dapat menjadi pengingat bagi mereka
agar dapat menentukan langkah yang akan dipilihnya kedepannya. Juga
sebagai lampu peringatan untuk tidak melakukan hal yang merugikan. Cukup
melakukan hal dengan jujur dan mengikuti aturan untuk bisa mendapatkan
penghargaan sejati.
*tulisan di atas pernah dimuat di www.mediapijar.com
0 komentar:
Posting Komentar