Selasa, 16 September 2014

Lagu Tentang Pulang

Siang ini ku habiskan waktu bercumbu dengan mesin ketik kecil yang baru saja sembuh. Apa jadinya siang ini jika tak ku manfaatkan emosi yang sedang indahnya. Memanfaatkannya dengan menarikan jari jemari di atas mesin ketik kecil ini.

Setelah hati dan imajiku diajak menari melewati pergantian hari lalu. Siang ini hatiku diajak lagi melayang bersama kenangan indah yang sering terlupa.
Sebuah lagu membuat butiran hujan tak terbendung di sudut mata ini. Hujan yang diiringi senyum tulus yang lama terkubur.
Ohh apa yang kulakukan selama ini. Ego ku sungguh menyiksa. Menghentikanku untuk menjadi riang ceria dan menyenangkan hati orang-orang yang ku cintai.
Entah berapa lama waktu yang kubiarkan terlewat tanpa berbagi cerita dengan mereka. Entah seberapa asing diriku kini dimata mereka.
Beribu ampun yang ku ucap tak juga kuiringi dengan menggerakkan diri untuk mengubah keadaan. Menjadikan diri lebih baik dan lebih berbicara.
Maafkan diri yang tak lagi katakan cinta. Tak lagi tunjukkan rindu.
Maafkan untuk segala tindak menarik diri dari keramaian mu kini.
Aku pernah berharap ia bisa menggantikanku.
Tapi kini ku sadar, kau takkan menggantiku dengan siapa pun.
Ampuni aku yang terlalu bodoh dan keras kepala. Ampuni aku yang ingin dewasa dengan caraku.

Aku menyayangi kalian lebih dari diriku. Jika tindakku memang salah, ku ingin kalian tahu aku tetap menyayangi kalian sepenuhnya. Ini hanya caraku untuk tak tunjukkan sakit yang bersemayam. Caraku untuk buat ia tetap kau terima.

Aku menyayangimu karena Pencipta diri ini Ibu.
 Sakitkah kau kini? Ampuni aku yang buatmu tersiksa akan rindu dan cemas. Aku akan baik-baik saja dengan beban yang kini ku peluk. Kau pernah mengajariku cara untuk tetap berdiri tegak tanpa lupa tugasku. Akankah aku bisa menjadi ibu yang kuat sepertimu untuk anak-anakku nanti? Bimbing aku terus ibu. 
Ku ingin memelukmu saat ini. Tapi tidak. Jangan lihat hujan ini. Karena ku tak ingin melihat hujan di wajahmu. Itu siksa terberat untukku.

Ayah ampuni aku yang belum juga mendisiplinkan diri. Belum juga menggapai mimpi. Aku masih terhanyut akan rasa ragu. Ampuni aku yang belum juga wujudkan mimpimu. Menjadikan diri pribadi yang kuat dan mandiri. Disiplin dalam segala aspek kehidupan. Ampuni aku yang masih belum juga banyak belajar dari kehidupan. Aku masih terlalu membebanimu. 
Aku selalu berdoa Agar pencipta diri selalu berikan kesehatan buatmu. Ku ingin kau selalu menjadi saksi di tiap pencapaianku. Ku ingin kau yang bersalaman dengan ia pendamping hidupku kelak. Ku ingin melihat senyummu kala anak-anakku bercanda tawa di pangkuanmu.

Tetaplah sehat dan bahagia. Dengan ceria aku akan pulang membawa hati rindu yang juga bahagia melihat kalian.

Ini lirik lagu yang ku dengar siang ini. Benar-benar menghadirkan hujan.

Di Beranda - Banda Naira
Oh, Ibu tenang sudah
lekas seka air matamu
sembapmu malu dilihat tetangga

Oh, ayah mengertilah
Rindu ini tak terbelenggu
Laraku setiap teringat peluknya

Kamarnya kini teratur rapi
Ribut suaranya tak ada lagi
Tak usah kau cari dia tiap pagi

Dan jika suatu saat
Buah hatiku, buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi
Usahlah kau pertanyakan ke mana kakinya kan melangkah
Kita berdua tahu, dia pasti
Pulang ke rumah 

Kamarnya kini teratur rapi
Ribut suaranya tak ada lagi
Tak usah kau cari dia tiap pagi 

Dan jika suatu saat
Buah hatiku, buah hatimu
Untuk sementara waktu pergi
Usahlah kau pertanyakan ke mana kakinya kan melangkah
Kita berdua tahu, dia pasti

Pulang ke rumah

*kalian bisa dengar lagunya di sini

0 komentar:

Posting Komentar