Tengah hari
kuseret diri jalani hari demi mimpi orang
tua untuk kebanggaan mereka. Tak sampai satu jam, terbebaslah diri dari hal
yang yang memaksa diri menurut.
Satu janji
harus ditepati, menjadi awal beda hari ini. RS Malahayati nama tempat itu. Tempat
dimana nenek dari salah satu sahabat dirawat. Tidak ada yang istimewa dari
kunjungan kami sore itu.
Bahkan buah tangan yang kami bawapun bukan kami yang membelinya. Sebut saja H, ia yang membelinya. Mungkin ia ingin keluarganya menangkap kesan baik dari kedatangan kami. Hanya senyum yang muncul tiap kali mengingatnya.
Pukul 5.30 sore. Saatnya kami beranjak dari tempat itu. Perut kami meronta minta diisi. Jadilah sebuah rumah makan cepat saji tujuan selanjutnya.
Bahkan buah tangan yang kami bawapun bukan kami yang membelinya. Sebut saja H, ia yang membelinya. Mungkin ia ingin keluarganya menangkap kesan baik dari kedatangan kami. Hanya senyum yang muncul tiap kali mengingatnya.
Pukul 5.30 sore. Saatnya kami beranjak dari tempat itu. Perut kami meronta minta diisi. Jadilah sebuah rumah makan cepat saji tujuan selanjutnya.
‘Sesi junk food kedua,’ kata S, seorang wanita
dewasa yang terjebak dengan lingkaran labil kami.
Setelah
pesanan kami habis, kebiasaan lamapun muncul melihat sisa saus yang kami ambil
di dalam sebuah piring. S pergi untuk mencuci tangannya. Kesempatan bagus
pikirku. S orang yang straight,
segalanya harus alami menurutnya. Terlebih lagi perihal makanan. Madu hanya
dikonsumsi dengan madu, tidak dicampur dengan hal lain. Begitu menurutnya.
Dua bungkus
merica bubuk dicampur dengan saus sisa tadi. Memakannya, itu masih biasa.
Mencampurkannya dengan minuman mocca yang ku pesan? Mungkin itu aneh. Tapi
menyenangkan buatku. Rasanya beda, tapi tidak aneh. Keunikan rasanya masih bisa
ditolerir. Itu menurutku. S mengetahui tingkahku tadi dari cerita H yang
langsung menyerbunya saat ia tiba.
Jelas
mukanya berubah aneh. Ia membencinya walau tidak melihatnya. Hal itu teramat
aneh untuknya. Hanya aku yang mengganggap itu biasa.
Satu titik baru kami dapati. Entah berapa lama
waktu yang telah kami habiskan bersama. Satu
hal yang pasti. Pemahaman itu semakin meningkat. Tirai yang selama ini
menjadi pembatas, kini mulai tersingkap perlahan. Tidak sepenuhnya. Namun cukup
untuk mengetahui pedalaman masing-masing sedikit lebih dalam lagi.
0 komentar:
Posting Komentar