Aku yang belakangan semakin ‘bandel’ ternyata masih punya
sisi terkalahkan oleh situasi. Celana lapangan, kaos lengan panjang, tak pakai
kaos kaki, sendal gunung, ransel berat (tunggu yang ini memang selalu), satu
hal paling baru dan terparah menurut teman-temanku (beberapa yang tahu) gaya
‘abang-abang’. Semua itu menjadi hal yang kembali akrab. Ya, kembali akrab.
Dulu bisa lebih parah. Bahkan aku pernah dipanggil abang oleh seorang bocah
yang sekilas melihatku saat berjalan di pinggir lapangan pada petang hari.
Sabtu, 21 Februari 2015
Sabtu, 24 Januari 2015
Kata Yang Sama
What u have done?
Sorry if I looks like too worried. But u need too know that
there is someone who worried about me cause that words.
Minggu, 07 Desember 2014
Di Tempat Yang Sama
Ini kali kedua kita ke
tempat ini. Tempat yang biasanya hanya kita lewati. Bukan tempat istimewa. Hanya
tempat penyembuh rasa lapar dan berbagi cerita. Seperti yang lalu, ada beberapa
alasan yang sama kita ke tempat ini. Karna aku harus makan. Karena masing-masing
dari kita enggan mengakhiri hari. Juga karena hal yang kita sebut ‘diusir’,
setelah lupa waktu membaca buku.
Apakah ini karena
tempatnya atau bukan apa-apa. Waktu itu kau juga bercerita panjang tentang lalu
mu. Sebagian hidupmu yang kau bagi dengannya. Itu cerita terlengkap yang pernah
kau bagi tentangnya. Ia yang memberimu jejak yang berbeda. Malam ini kau juga
begitu, bercerita tentang lalumu yang membekas. Walau tentangnya bukan bagian
terbesar.
Seperti juga lalu,
aku yang enggan segera mengakhiri hari
masih mengalami perang dengan ego. Aku yang mendengarkan dengan sesekali hilang
ditengah dialog hatiku sendiri. Hilang ditelan emosi yang menyelimuti meski masih
terus mendengarkanmu. Sedikit cerita hidupku yang dulu membawaku kembali ke
tempat kita berbincang. Setelah terbang entah ke kemana. Ya itu sedikit membuatku
lupa akan resahku hari ini. sama seperti lalu.
Menjelang akhir hari
ini, aku hanya ingin sedikit mengurangi resah. Tak ada yang istimewa. Hanya tak
perlu ditanya apa ini, dan jangan pernah ditanya kenapa.
Rabu, 03 Desember 2014
Guratan Hujan #2

Masih hujan di luar sana. Aku memilih untuk menikmati hujan meski hanya dengan tanganku. Sesekali ku biarkan wajahku menengadah dan mengijinkan hujan mengalir di pipi gembil ini.
Pria itu hanya duduk bersila
di lantai sambil memandangiku yang berdiri di pinggiran teras. Aku lupa waktu
sampai hujan benar-benar berhenti mengguyur bumi. Matahari tanpa segan langsung
menunjukkan sinarnya. Hingga membentuk lengkung pelangi di arah timur.
Senin, 17 November 2014
PENJELASAN!
Beberapa hari yang lalu, cerita dengan Onee mengingatkanku
pada satu yang pernah ku tahu. Hal yang selama ini tak pernah mengusik terlalu
banyak. Tapi cerita baru mengusik tanya yang pernah terlintas untuk segera
dihantarkan pada si pemilik jawab. Dan entah kenapa, siang tadi ku teringat
pada satu yang sempat menjadi sesal. Satu yang sempat disayangkan terjadi. Satu
yang telah lama tak lagi baik.
Suatu cerita yang terjalin sangat
tepat. Segalanya terhubung. Sampai pada pengakuan yang akhirnya terlontar.
Bahkan saat tanya itu telah siap untuk dilontarkan, jawaban datang dengan
tepatnya. Namun itu bukan akhir dari tanya. Ia ciptakan tanya-tanya lain.
Mungkin juga sedikit kesal.
Langganan:
Postingan (Atom)